Oleh : Agus Prasetya
Adam khoo adalah seorang milyader singapura yang lahir dari tempaan ujian yang sangat berat. Dia lahir pada 8 april 1974 dengan nama lengkap Adam Khoo Yean Ann. Dia adalah seorang pecandu game, hari-hari nya dihabiskan untuk bermain game online sehingga kemudian membuat prestasinya di sekolah benar-benar buruk sampai akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah ketika kelas 4 SD. Karena reputasi akademiknya yang buruk ia pun harus bersusah payah untuk mendapatkan sekolah lagi. Ia pun juga harus puas masuk di SMP terburuk di kotanya. Saat SMP kebiasaannya bermain game dan malas belajar juga tidak berubah hingga akhirnya dia mendapatkan peringkat 10 terburuk di SMP terburuk. Tentu ini sangat menyakitkan.
Dengan cerita tersebut mungkin kita beranggapan bahwa Adam Khoo adalah seorang yang bodoh. Tapi dibalik kebodohannya dalam dunia akademik ternyata dia adalah seorang pemain game online yang hebat. Bahkan ia mampu membaca kelemahan lawan tandingnya. Mungkinkah orang yang bodoh bisa memiliki kemampuan seperti itu? Lalu kenapa dalam prestasi akademik dia sangat bodoh? Ini semua karena lingkungan. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia adalah orang yang bodoh dan bayangkan saja jika kata-kata itu terjadi selama bertahun-tahun tentu saja akan menjadi segesti dan keyakinan dalam diri Adam Khoo.
Ketika berusia 13 tahun, Adam Khoo mengikuti sebuah program yang diadakan oleh Ernest & Young. Melalui program tersebut ia belajar banyak hal mengenai NLP, accelerated learning, dan beberapa hal penting lainnya. Ternyata Adam begitu tertarik dengan program tersebut. Ia benar-benar mempraktikkan semua yang ia dapatkan daari program tersebut. Lalu apa yang dilakukan Adam setelah kembali ke sekolah?? Pertama-tama, ia menuliskan target-targetnya. Ia menulis bahwa ia akan lulus dari SMP dengan nilai A semua. Kemudian ia juga menulis bahwa ia akan masuk ke Victoria Junior Collage, sebuah SMU terbaik di Singapura pada masa itu. Tanpa basa-basi Ia bacakan impian itu di depan kelas. Hal tersebut akhirnya mengundang tawa teman-temannya. Namun hal tersebut tidak membuat Adam menjadi gentar sedikitpun. Justru tertawaan dan cemoohan dari teman-temannya menjadikan ia semakin bersemangat untuk menggapai target-targetnya. Ia bersumpah akan membuktikan bahwa dia mampu menggapai apa yang dia targetkan. Sekarang ia bukanlah Adam yang dulu. Ia mulai rajin menjawab pertanyaan di kelas, selain itu ia juga rajin bertanya. Ia pun juga ditertawakan karena membuat catatan pelajaran dengan cara yang aneh. Ia menggunakan peta pikiran dan simbol-simbol ketika mencatat. Dari perubahan ini akhirnya ia mampu membuat teman-teman dan guru yang semula meragukannya, menjadi terpukau atas apa yang diperoleh Adam Khoo. Ia berhasil lulus dengan nilai A semua dan masuk Victoria Junior Collage, sesuai apa yang ia targetkan.
Sedangkan ketika di SMA, ia pun juga tetap menjadi siswa terbaik. Kemudian setelah lulus dari SMA tersebut, ia masuk ke National University of Singapore, sebuah universitas terbaik di singapura. Semasa kuliah ia berhasil masuk dalam NUS Development Program, sebuah program bagi mahasiswa Top One Percent. (mahasiswa dengan prestasi akademik sempurna). Padahal sebelumnya ia adalah siswa yang dianggap sangat bodoh.
Dalam dunia bisnis, ia telah mulai menggelutinya sejak usia 15 tahun. Pada saat itu ia berbisnis music box. Bisnis berikutnya adalah bisnis dalam bidang training dan seminar. Ketika usianya menginjak 22 tahun ia telah mampu menjadi trainer nasional di Singapura. Walaupun saat anak-anak dan remaja ia sering direndahkan, namun akhirnya iaa mampu mencapai prestasi yang gemilang dalam dunia training dan bisnis hingga ia mampu meraih bayaran mencapai US$10.000 tiap jam nya. Dan ketika di Usia 26 tahun ia sudah memiliki 4 bisnis dengan total omset pertahun hampir US$ 20 juta.
Begitulah sepenggal kisah anak manusia yang mungkin juga dialami oleh jutaan anak manusia lainnya di muka bumi. Sepenggal kisah tentang sebuah keberhasilan yang tidak selalu di dapat dari kondisi ideal. Sebuah keberhasilan yang justru berangkat dari keterbatasan. Karena kadang kita bodoh bukan karena Allah mentakdirkan kita bodoh namun karena kita belum bersungguh-sungguh untuk belajar. Dan kadang kita gagal bukan karena Allah mentakdirkan kita gagal namun karena kita tidak bersungguh-sungguh dalam berupaya.
Sumber: Buku Never Give Up, karya Kaefa Mirzani (2012)