Oleh : Agus Prasetya
“Kesuksesan meninggalkan jejak”, begitulah kata Antoni Robbins seorang ahli pengembangan diri dari Amerika. Jika dipikir-pikir apa yang dikatakan oleh Antoni Robbins ada benarnya juga, kesuksesan memang meninggalkan jejak. Artinya, sebuah kesuksesan memang bisa ditiru, bisa diduplikasi, dan bisa diikuti. Inilah yang biasa disebut dengan proses modeling (meniru orang lain). Singkatnya, Cari jejaknya dan ikuti saja, maka kita akan sampai pada tujuan tersebut. Apakah sesimpel itu? Iya, tapi sesuatu yang simpel belum tentu mudah. Contoh, misalnya ada orang yang ingin berhenti merokok sebenarnya caranya juga cukup simpel. Jika anda seorang perokok dan ingin berhenti merokok caranya cukup sederhana, anda tak perlu membeli rokok dan jika terpaksa ada rokok di hadapan anda maka jangan pernah memegangnya apalagi mengambilnya dengan cara apapun, jika ini dilakukan maka anda akan berhenti merokok. Sederhana kan? Tapi faktanya banyak para perokok yaang tidak mampu melakukan ini, sebab sesuatu yang sederhana belum tentu mudah dilakukan.
Jika kita ingin berhasil di suatu bidang maka modalnya adalah meniru orang yang sudah berhasil dalam bidang tersebut (memodel). Memang kelihatannya cukup mudah, hanya tinggal meniru. Akan tetapi melakukan sesuatu yang pernah dilakukan orang lain adalah hal yang tidak selalu mudah. Menghadapi tantangan yang pernah dihadapi oleh orang lain juga tidak selalu gampang. Tapi jangan khawatir, tetap ada kabar baik untuk kita. Sesuatu yang tidak mudah bukan berarti tidak bisa, sesuatu yang tidak gampang bukan berarti tidak mungkin, sesuatu yang sulit bukan berarti mustahil. Sudah menjadi hukum alam bahwa semakin sulit sesuatu maka ia pasti semakin berharga. Mencari emas tentu lebih sulit dari pada mencari batu. Mengendarai pesawat terbang tentu lebih sulit dari pada mengendarai sepeda. Mendapatkan gelar doktor tentu lebih sulit dari pada mendapatkan gelar sarjana.
Jika anda ingin berkunjung ke papua maka bertanyalah kepada orang yang pernah ke sana dan ikutilah rute yang telah ia tunjukkan. Jika misalnya ingin menjadi pedagang bakso yang sukses maka tirulah pedagang bakso yang sukses. Bukan pedang bakso yang bangkrut bukan pula pedagang roti yang sukses. Intinya jika kita menginginkan sesuatu maka tirulah orang yang pernah mendapatkannya, dengan kata lain belajarlah dari pengalamannya. Misalnya, jika kita ingin masuk surga maka tirulah orang yang pasti jelas-jelas akan masuk surga, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Jangan pernah meniru yang lainnya kecuali jika anda tidak benar-benar ingin masuk surga. Rasulullah SAW memang diturunkan di tengah-tengah umat manusia sebagai Uswatun Hasanah (Suri tauladan yang baik) maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat muslim untuk mencotoh beliau dalam setiap aspek kehidupan agar kita bisa mengikuti jejak beliau menuju Surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Sekarang kita tentu sedang menginginkan negara yang ideal dan sejahtera. Maka caranya sebenarnya cukup sederhana, tirulah orang yang pernah berhasil membangun sebuah negara yang ideal dan sejahtera, yaitu lagi-lagi adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau telah berhasil merintis sebuah negara yang ideal dan sejahtera yaitu Negara Madinah yang kemudian berkembang menjadi negara adidaya pada masa itu. Mengapa kita harus meniru Rasulullah SAW? Mengapa tidak meniru para pendiri negara-negara barat saja, negara-negara barat kan juga sejahtera. Memang betul banyak negara barat yang sejahtera bahkan di asia pun sebenarnya juga ada. Akan tetapi negara tersebut hanya sejahtera dalam bidang ekonomi, teknologi, pembangunan, dll. Namun dari segi Akhlak negara-negara tersebut banyak yang kacau. Apa rahasianya sehingga Rasulullah SAW mampu merintis sebuah negara yang sejahtera? Memang banyak hal dan banyak sebab, akan tetapi satu hal yang sangat penting adalah Syari’at Islam. Itulah salah satu rahasia terpenting dari kejayaan negara Madinah. Jika sekarang negara kita begitu kacau maka sebabnya adalah karena kita memodel/meniru sistem negara yang keliru yaitu sistem Demokrasi. Terlalu panjang jika dalam artikel ini saya harus membahas dimana kekeliruan demokrasi, dan bisa-bisa para pembaca akan marah-marah sebab pembahasan tentang demokrasi sudah keluar dari pokok bahasan yang ada dalam artikel ini. Akan tetapi, saya berani mengatakan bahwa meniru sistem demokrasi adalah sebuah kekeliruan berdasarkan sebuah logika yang cukup sederhana dan jika anda benar-benar memahami artikel ini maka anda sudah pasti tahu alasannya. Alasannya adalah sampai sekarang belum ada fakta sebuah negara yang benar-benar sejahtera karena menerapkan sistem demokrasi. Alasan tersebut sudah cukup untuk menunjukkan bahwa meniru sistem demokrasi adalah sebuah kesalahan besar. Karena sebelum meniru maka kita harus memastikan bahwa yang kita tiru sudah terbukti berhasil.
Intinya jika kita ingin berhasil dalam suatu bidang maka carilah orang yang sudah berhasil dalam bidang tersebut lalu tirulah orang tersebut. Ini bukan berarti anda harus meniru seluruh hidupnya tapi anda cukup meniru hal-hal yang akan mengantarkan pada keberhasilan dalam bidang tersebut. Dengan meniru maka kemungkinan adanya trial and Error bisa untuk diminimalisir. Sehingga bisa menghemat waktu, tenaga, bahkan biaya.
Luar biasa.. terima kasih Pak Agus Prasetya
Terimakasih Pak.. semoga bermanfaat