Oleh: Agus Prasetya
Skripsi merupakan salah satu kewajiban yang harus dituntaskan oleh mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikan sarjana. Akan tetapi pada kenyataannya seringkali skripsi dijadikan alasan untuk menunda kelulusan. Ketika kelulusan tertunda maka biasanya yang menjadi kambing hitam adalah skripsi dengan berbagai model alasan, dosen sulit, sibuk bisnis, gelar tak penting, dll. Namun, apapun alasannya sungguh bukan hal yang bijak apabila kita menunda-nunda kelulusan. Semuanya telah kita mulai maka sudah selayaknya kita tuntaskan hingga selesai. Jika alasannya gelar tidak penting, untuk apa dulu mendaftar di Universitas toh sebetulnya belajar pun tidak harus di Universitas. Sesibuk-sibuknya kita benarkah tidak ada waktu satu jam per hari untuk mengetik?, Tidak adakah waktu 3 jam per minggu untuk mencari dosen di kampus?, Tidak adakah waktu 3 hari dalam 1 bulan untuk mencari data? Sesulit apapun dosen pastilah tetap manusia yang bisa luluh hatinya melihat “berdarah-darahnya” perjuangan kita. Barangkali skripsi memang hanya akan menjadi arsip di perpustakaan kampus. Namun skripsi bukan masalah itu, skripsi bukan perkara penting atau tidak penting, bukan perkara “apa gunanya”, namun skripsi adalah perkara tanggung jawab kita sebagai mahasiswa. Kita sudah memulai maka tanggung jawab kita untuk menuntaskan hingga selesai. Barangkali kecerdasan seorang mahasiswa memang tidak bisa diukur dari kemampuannya menyelesaikan skripsi, namun mahasiswa yang cerdas pasti bisa menyelesaikan skripsi. Jika kita anggap skripsi sebagai beban dan masalah maka segeralah selesaikan karena diluar sana masih banyak beban dan masalah yang lebih berat dari skripsi.
Rasa malas memang menjadi bagian yang sulit dilepaskan dari skripsi. Saya pun merasakannya hingga membuat Ujian yang saya target semester tujuh akhirnya baru terlaksana di semester delapan, itupun harus menempuh tambahan semester pendek 2 bulan. Meskipun rasa malas dengan berbagai pesonanya selalu menggoda saya namun saya berusaha melawan meskipun seringkali harus tunduk tak berdaya dicengkeram kemalasan. Namun saya tidak menyerah, saya selalu melawan dan terus melawan dengan berbagai jurus yang kadang mempan tapi kadang juga mental. Inilah kawan-kawan beberapa kiat yang bisa saya bagi kepada anda tentang bagaimana saya berusaha melawan kemalasan hingga akhirnya bisa memenangkan pertarungan. Semoga ini bermanfaat khususnya bagia kawan-kawan mahasiswa yang saat ini sedang berjuang menuntaskan maha karya seorang mahasiswa yaitu skripsi.
1. Perbaiki Mindset
Kiat yang pertama ini amat penting, sebab ibarat bangunan ini merupakan pondasinya. Adakalanya skripsi tidak kunjung usai karena adanya mindset (pola pikir) yang menghambat. Diantaranya adalah anggapan bahwa skripsi itu tidak mudah. Apakah anggapan itu tidak benar? Menurut saya benar, skripsi memang tidak mudah. Justru karena skripsi itu tidak mudah maka harus segera diselesaiakan. Karena tidak mudah itulah maka skripsi bisa menjadi tantangan bagi kita sekaligus menjadi bahan latihan sebab di dunia nyata akan ada banyak kesulitan yang lebih besar dari skripsi. Sudah menjadi hukum alam jika semakin berharga sesuatu yang ingin kita dapatkan maka perjuangan tentu juga semakin sulit. Mengambil emas tentu lebih sulit dari pada mengambil batu. Jadi, jika skripsi itu sulit maka wajar dan itulah tantangan bagi kita. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menunda apalagi mundur dari perjuangan.
2. Positif Thinking
Seringkali mahasiswa yang lama dalam menyelesaiakan skripsi akan menyalahkan dosen pembimbingnya. Karena dosen pembimbing yang kiler, sulit ditemui, maunya gak jelas dll. Apapun sikap dosen pembimbing maka itu adalah diluar kendali kita. Yang ada dalam kendali kita adalah sikap kita terhadap dosen pembimbing. Jadi kita memang tidak punya kekuatan untuk mengubah sikap dosen tapi ubahlah sikap kita ke dosen. Sikap yang dimaksud bukan hanya sikap fisik akan tetapi juga sikap kita secara psikis. Sikap seseorang baik secara fisik maupun psikis akan mempengaruhi lingkungan sekitar (orang-orang di sekitar kita). Maka dari itu mulai sekarang kita harus berfikir positif bahwa dosen pembimbing pasti ingin kita lulus secepat mungkin dengan hasil yang terbaik. Jika kita merasa dipersulit maka kita harus berbaik sangka bahwa dosen kita ingin skripsi kita sempurna. Jika sulit ditemui maka kita harus menganggap bahwa dosen kita sedang mengajari kesabaran kepada kita. Namun bagaimana jika prasangka baik kita tidak sesuai kenyataan? Tidak masalah, kita tidak akan pernah rugi. Prasangka buruk yang sesuai kenyataan pun juga tidak akan mengubah apapun dan justru semakin membuat jengkel. Untuk itu mulailah berbaik sangka kepada dosen pembimbing kita. Kiat 1 dan 2 masih menyentuh aspek batin (pikiran) dan belum menembus aspek lahir (tindakan praktisnya). Untuk kiat yang menyentuh aspek lahir insya Allah akan dibahas pada postingan berikutnya.
Good article. Visit this website for reference http://library.gunadarma.ac.id/